banner
kesurupan2

Kobayogas.com –
Selamat malam, selamat bertemu kembali di artikel Kamis Malam, the Merinding Series. Kali ini The MeRies akan berbagi kisah tentang kesurupan massal di salah satu PTS kiriman pembaca setia blog..
Kontributor: Mang Nde D’Gujubar ndesoedisi.com – Editor: Kobayogas.com
Kejadian ini mungkin bisa dijadikan pelajaran bahwa ketika mengadakan acara di alam bebas kita harus lebih berhati-hati.

Tahun 2001 Nde masuk kuliah di sebuah Perguruan Tinggi swasta di daerah Subang. Seperti umumnya penerimaan mahasiswa baru selalu diawali dengan masa orientasi atau ospek. Masa orientasi ini berlangsung selama lima hari dan ditutup dengan acara outbond. Peserta sebanyak hampir 200 orang berangkat pada hari kamis menuju obyek wisata bendungan Jatiluhur.

Acara pada hari itu diisi dengan lintas alam, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok berjalan sesuai rute yang ditentukan oleh panitia, tidak lupa sepanjang rute tersebut terdapat pos-pos dengan berbagai macam tantangan yang harus dihadapi oleh peserta.

Selesai acara lintas alam, dilanjutkan dengan acara bertema protes sosial, dimana peserta orientasi berpura-pura sebagai aksi massa yang berdemo melawan panitia yang bertindak sebagai keamaan. Dalam aksi demo yang dilaksanakan setelah sholat asar tersebut sempat terjadi ketegangan karena ada aksi saling dorong, dan akibatnya ada salah satu panitia yang terjatuh.

Situasi mulai memanas karena ada panitia lain yang tidak terima, emosinya tersulut dan menantang peserta untuk kontak fisik, disaat terjadi ketegangan itulah tiba-tiba ada seorang mahasiswi menjerit lalu kesurupan diikuti beberapa mahasiswi yang lainnya.awalnya kesurupan hanya 3 mahasiswi akhirnya merembet ke 8 orang lainnya termasuk satu orang ibu dosen,

Setelah magrib peserta disuruh berdoa berdasarkan agama & kepercayaan masing-masing, yang muslim mengaji Yaa Siin, yang Nashrani pun berkumpul membaca kitab suci, tetapi peserta yang kesurupan belum juga sadar sepenuhnya.

Panitia lalu berinisiatif untuk memanggil juru kunci didaerah tersebut, dari juru kunci tersebut akhirnya mulai terbongkar penyebab kesurupan masal terjadi antara lain :
– ada peserta buang air kecil sembarangan
– ada peserta lintas alam kesasar ke pemakaman keramat
– acara simulasi demo ternyata mengganggu penunggu karena peserta berteriak-teriak menjelang maghrib sementara hari itu adalah malam jumat.
Lalu juru kunci juga mengatakan bahwa peserta yang kesurupan hanya sadar sebentar kemudian kesurupan lagi karena memang penunggu yang datang pada waktu itu jumlahnya banyak sekali sehingga beliau pun sudah tidak sanggup mengendalikannya, seandainya sejak awal panitia meminta ijin kepada juru kunci terlebih dahulu, mungkin hal tersebut tidak akan terjadi.
Karena Juru Kunci tidak sanggup mengatasi, maka panitia mencari orang pintar yang lain yang ada disekeliling desa tersebut, beberapa ustad mencoba untuk mengobati tetapi efeknya hanya bertahan sebentar. Jika ada 1 mahasiswi yang sadar maka langsung ada mahasiswi lain yang kesurupan. Begitu seterusnya membuat orang yang berusaha mengobati merasa dipermainkan kejadian itu berlangsung dari habis maghrib sampai dengan jam 21.00, usaha untuk mengobati peserta yang kesurupan belum membuahkan hasil.
Setelah jam 21.00 situasi sedikit berubah, karena ada jin yang datang mengaku beragama Islam dan ketika dibacakan ayat suci Al Quran malah membalasnya dengan bacaan yang lebih merdu dan fasih.

Hingga akhirnya datang bapak Ustad yang segera melakukan dialog dengan jin penunggu tersebut, Jin tersebut mengatakan bahwa awalnya yang datang adalah jin kafir, tetapi sekarang semua sudah diusir oleh jin yang mengaku beragama Islam tersebut bersama kawan-kawannya, terus pak Ustad bertanya kalau memang kamu bergama Islam mengapa masih merasuk ?

Jin tersebut lalu menjawab dengan gaya berpidato, mengaku sebagai jin Qarin dari Sahabat Rosul yaitu Ali bin Abi Thalib  dengan suara keras menggelegar, berceramah memarahi semua orang yang ada disitu, mengatakan bahwa sebagai umat Muslim mengapa di malam jumat bukannya beribadah malah mengadakan acara teriak-teriak tidak jelas padahal ini di alam terbuka, juga memarahi panitia yang menyuruh menjamak sholat magrib dan isya hanya karena akan dilakukan jurit malam.

Mengingat peserta berada di luar tenda, sementara korban berada di dalam, hadir cerita versi lain yang mengatakan bahwa Jin Qorin Ali bin Abi Thalib itu sengaja dipanggil oleh salah satu staf Perguruan Tinggi tersebut yang memang punya “kelebihan” untuk mengusir jin kafir yang datang.

Setelah berpidato selesai maka Jin tersebut keluar dan semua peserta yang kesurupan pun sadar. Waktu menunjukkan pukul 22.00 atau kesurupan tersebut sudah berlangsung sekitar 5 jam, panitia pun berinisiatif melakukan doa bersama sekaligus membakar kayu yang sedianya akan dijadikan api unggun.

Sambil menunggu jemputan, para panitia & peserta berbaur menjadi satu. Sambil menunggu jemputan karena cuma ada 2 bus yang menjemput sementara peserta ada sekitar 200 orang. Pukul 02.00 Nde pulang ikut bus jemputan terakhir sampai dikampus pukul 04.30.
Rupanya cerita kesurupan itu belum selesai, pagi-pagi ketika sedang sarapan ada dua orang mahasiswi yang kesurupan lagi, setelah diselidiki ternyata kedua mahasiswi tersebut memang sering kesurupan dari kecil, sehingga dia diberi kalung untuk menangkalnya, sementara dikegiatan orientasi tersebut semua aksesoris harus dilepas termasuk kalung tersebut, sehingga wajar kalau kedua mahasiswi tersebut kesurupan berkali-kali.
Kejadian lain juga dialami oleh staf yang punya indera keenam yang berada di bis jemputan yang ketiga, dia dikejar-kejar oleh jin penunggu sampai memasuki kota Purwakarta  sehingga tangan kirinya tidak bisa digerakkan, selepas kota Purwakarta baru normal kembali.
Dari kejadian tersebut bisa diambil pelajaran berharga bahwa kalau kita mau mengadakan acara di alam terbuka sebaiknya meminta ijin atau minimal mencari informasi tentang penunggu di tempat tersebut, jangan sampai melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. selain itu bagi panitia yang mau mengadakan acara orientasi sebaiknya lebih selektif, jangan membuat acara-acara yang bisa menyulut emosi, sekiranya ada peserta yang memang membutuhkan perlakukan khusus sebaiknya tidak perlu diikutkan diacara tersebut.
Catatan editor: Ingat, kita tidak hidup sendiri di dunia ini, ‘mereka’ pun ada di dalamnya.. Saling menghormati dan menghargai sebagaimana kita tamu yang berada di rumah orang.. Wallahu alam bishawab

20 KOMENTAR

  1. Menjamak “shalat” dengan alasan itu ya jelas ga bener.

    Selain itu, harus ingat apa yg kita lihat bisa berbeda jika dilihat dikacamata gaib. 🙂
    Sapa yg ga marah jika rumah kita didatangi tanpa permisi terus dibuat onar?

  2. kok yang kesurupan cuma mahasiswi aja ya ? coba diterapi dengan mengelus serta meremas daerah sensitif,, pasti langsung sadar dan minta nambah,, 😀 😀 😀

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini