Kuburan baru

Kobayogas.com – Selamat malam jumat lads… Bertemu kembali dengan artikel Merinding Series alias The Meries. Kali ini cerita misteri akan berlatar belakang tahun 70-an, dimana jalanan masih sepi dan alat transportasi tentu belumlah seramai sekarang…

Kontributor: Asep Saepuloh. Editor: Kobayogas.com

Kisah ini dialami kakek nenek saya sekitar tahun 70-an, ketika saat itu belum ada alat transportasi yang ramai seperti sekarang, sehingga bepergian dari kampung ke kampung lainnya hanya dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Ceritanya berawal dari perjalanan pulang kakek dan nenek saya yang masih muda dari rumah orang tuanya yang berjarak sekitar 7 km-an.

Saat itu hari sudah sore menjelang magrib yang disertai hujan rintik rintik dan sedikit kilat, ditengah perjalanan antara dua kampung tersebut, terdapat sebuah kampung yang namanya kampung Cibuyut, sebuah kampung bikinan Belanda yang hanya dihuni oleh kepala bagian, mandor dan beberapa karyawan perkebunan karet. Beberapa ratus meter sebelum kampung Cibuyut ada lahan pekuburan, orang orang sana menyebutnya kuburan gede karena saking luasnya (untuk ukuran saat itu).

Menjelang kuburan gede, kakek nenek yang sedang bercengkrama membunuh kebosanan langsung tersadar. “Pak kuburan gede” kata nenek setengah memperingatkan ketika mereka akan melewatinya, yang lalu dijawab kakek dengan lirikan dan anggukan. Singkat cerita dilewatilah pekuburan tersebut dengan hati tidak tenang, karena menurut kepercayaan saat itu (dan bahkan hingga saat ini), saat maghrib merupakan saat dimana hal aneh sering terjadi. Sesampainya diujung pelataran pekuburan, terlihat ada sebuah rumah, tepatnya sebuah gubuk yang terlihat baru dibangun, kakek dan nenek sebenarnya agak heran juga ada orang mau tinggal dekat kuburan. Tapi justru bagi kakek dan nenek saya keberadaan rumah tersebut bikin tenang hati karena berarti menandakan bahwa kampung Cibuyut sudah dekat, dan ini juga yang mencerminkan sikap mental kakek dan nenek saya mengenai hantu, yang kalau belum lihat belum takut atau pemikiran bahwa tidak ada hantu yang memakan manusia.

Setelah melewati rumah tersebut dan lama berjalan tiba-tiba kakek dan nenek saya melewati rumah itu lagi,

“Pak, geuning ieu mah imah nu tadi tea, boa-boa urang teh kalangsu, babacaan pa” (pa ternyata itu rumah yg tadi, kayaknya kita tersesat, berdoa aja pa) kata nenek mengingatkan.

Sambil berdoa melewati gubuk tersebut yang disertai hujan rintik diselingi kilat, mereka meneruskan perjalanan, setelah lama berjalan dan lagi-lagi mereka melewati gubuk yang tadi dilihat! Tetapi sekarang didepan gubuk tersebut ada seorang nenek renta lagi menyapu halaman, yang kalo difikir kembali keadaannya sangat bertolak belakang.

Kenapa? Saat itu menjelang maghrib, hujan rintik pula, menyapu halaman adalah kombinasi keanehan yang sempurna, tapi lagi lagi itu dianggap berkah oleh kakek saya, dengan adanya orang lain berarti bisa dimintain tolong atau sekedar menanyakan arah jalan.

“Punten bade tumaros Nyi, pami jalan ka Cibuyut palih mana? (Permisi Nyi, numpang tanya, jalan ke arah Cibuyut kemana ya?) tanya kakek.

“Tuh kaditu lempeng wae” (itu kesana lurus aja) ujar si nenek yang sedang menyapu dengan suara parau dan seakan muncul dari kedalaman sumur.

Lalu mereka pun pamit melanjutkan perjalanan. Dan seperti sudah diduga sebelumnya,untuk ketiga kalinya, mereka melewati rumah gubuk itu lagi!! Kali ini dengan keadaan sepi tidak ada orang di halamannya..Suasana semakin gelap dan mencekam, kakek nenek pun kini mulai kebingungan..

“Pak, kumaha ieu?…. Bener bener kalangsu urang teh!”(pa gimana ini?… kita benar-benar tersesat) kata nenek setengah berbisik.

“terus wae!”(“terus aja”) kata kakek.

Beberapa langkah dari rumah tersebut tiba tiba saja kakek saya ingin buang air kecil, dan entah mengapa keinginan tersebut seperti ada yang memaksa dan tidak dapat ditahan lagi… Karena sudah agak-agak gelap akhirnya dengan terpaksa Kakek kencing sambil berdiri dipohon pinggir jalan.

Aneh bin ajaib!! Seiring dengan dipegangnya “burung” kakek saya itu, tiba tiba keadaannya sontak mendadak jadi cerah (ya secerah cerahnya menjelang maghrib), dan tiba tiba saja jalan didepan mereka terlihat dan ternyata bercabang, yang salah satunya terbuka seperti tertutup kabut. Belum selesai keterkejutan mereka, dengan setengah teriak nenek berkata:

“yey!….gening kuburan anyar, pantesan atuh”(ih…ternyata kuburan baru, pantas saja) kata nenek setelah melihat gubuk yang tadinya berdiri sekarang telah berubah jadi kuburan dengan tanah yang masih merah……..

Hantu di rumahku

mangga digeber lads…

52 KOMENTAR

  1. merinding series banyak yg ga baca … pasti d reader komen nya wkwkwkwkwkwk …. ada juga yg langsung komen kagak baca XD apalagi mbah dukun atau IWB pasti banting HP ada artikel ini XD

  2. Ah kupreeet.
    Gara gara baca review di tmc ama om paling gokil motogokil.

    Ane kaga pertamax malam jumat ini.

    Om kobay tar sms ane dulu kalau mau ngeluarin ni artikel malm jumat.

    Bsok2 kalau ampe ga pertamax, yg punya warung ane sampluk pake linggis.

  3. wow…manfaat lain dari “burung”

    buuruuung kakeek tuaa
    hinggaaap di ceelanaa
    kakeek sudah tuaaa
    burungnya masih mudaa

  4. ada pepatah dari org tua jaman dulu, klo punya anak yg msih bayi, suka nangis2 dr magrib mpe malem ktnya ada yg gangguin, biar terlepas dari gangguan itu, disarankan bapanya ngelilingi rumah sambil g pake celana, trnyta bermanfaat juga y siburung.

  5. wah tayang juga, msh ada cerita lainnya, walopun bkn pengalaman pribadi…..blm prnah ngalamin ktemu “gituan”….

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini