banner

Hellow lads…

Setelah sebelumnya KBY membahas perjalanan dari titik kumpul sampai dengan jalan raya Kota Bogor atau Buitenzorg, sekarang KBY akan melanjutkan sharing perjalanan bersama 5 kawan lainnya selepas Kota Bogor menuju area puncak pass.

Destinasinya adalah restoran yg viewnya oke dan ada lot parkir untuk motor yg aman dan nyaman. Selain itu sih diharapkan makanannya nikmat dan terjangkau hehehe.

Selepas kota Bogor, arahnya sudah jelas, traffic pun masih relatif lengang walau ada beberapa titik yang sudah padat oleh kendaraan baik roda 4 maupun roda 2. Setelah berjibaku di lampu merah ciawi (bener kan ya? itu loh lamer yg menuju tol jagorawi hehe) jalan mulai memungkinkan untuk menggeber kendaraan. Bro Dicky yg awalnya di daulat untuk memimpin, kini sudah mulai diabaikan kekekek…kurang ajar ya 😀Naahhh saat sudah menemukan tikungan-tikungan kenikmatan selepas Cisarua, mulai deh tangan gatal untuk gas pol, badan pun ingin rasanya rebah saat belok. Ternyata oh oh oh…memang nikmat sekali menikung dengan badan rebah, disinilah KBY mendapatkan kenikmatan berkendara setelah sebelumnya sedikit penat oleh padatnya lalu lintas di bawah.

Oia, sebelumnya (klik di sini) KBY pernah bercerita bahwa ini turing perdana KBY ke puncak. Sebenarnya gak salah juga, kalau dari Jekardah ke Puncak, memang ini pertama kalinya buat KBY, tapi jaman kuliah sih beberapa kali Bandung – Puncak, Bandung – Jekardah, Bandung – Pangalengan, malah Bandung – Majalengka juga pernah. Tapi memang sebatas Jekardah dan Jawa Barat sih , dibanding beberapa teman sih KBY gada papanya, malah sudah ada yg pernah dari JkT ke Bromo…ajibbb.

Nah, ada 1 hal yang menjadi catatan KBY soal handling terutama dalam hal menikung dari si Baby Shiro Z ini…ternyata unlike Ninja, jika ingin menikung cepat, maka badan harus “dibanting” agar bodinya nurut untuk menikung. KBY melihat saat menikung, rekan KBY yg menunggangi Ninja, tidak perlu sampai rebah, cukup sedikit miring si bodi sudah ikut goyangan badan.  Sedangkan menurut rekan yang dibelakang KBY, bodi KBY miring banget saat menikung, sayang gada yang mengabadikan wkwkwk. Kalau dijelaskan dalam angka, mudahnya sih misal si Ninja cukup miring 45 derajat, tapi si Z harus sekitar 55 derajat untuk mendapatkan gaya yang sama saat menikung. Contoh saja sih itu mah hehehe.

Kesimpulan KBY sih, mungkin karena bodynya yg relatif sedikit lebih tinggi dari Ninja, juga streaming line body yg tanpa fairing, jadi perlakuannya saat menikung berbeda. Salah satu kejadian yang menimpa rekan KBY yang juga menunggangi Z250, bro Willy, beliau nyaris melipir ke parkiran restoran yang berada di sisi kiri saat menikung tajam ke kanan, saat ditanya kenapa bisa begitu, beliau menjawab, “gw lupa rebah sob, bodynya ogah nikung”.

Well, ada yang bilang itulah kekurangan dari chassis Ninja, konon katanya susah belok…memang harus diakui jika bicara soal chassis atau handling, punya Honda dan Yamaha masih yang terbaik..debatable sih hehehe. Tapi menurut KBY, justru disitu sensasi menjinakkan chassisnya, berbelok dengan body rebah, sesuatu yang sensasional untuk dialami dan dirasakan hehehe.

Ngaso di Resto Bumi Aki

Nah itu dia tampang-tampang biker yg lelah tapi puas. Tujuan sarapan di puncak pun terpenuhi. Pulangnya kita lebih santay…masih lewat trek yg sama, kita mampir dulu di McD untuk isi perut di siang hari.

KBy sendiri sampai rumah sekitar jam 3.00 sore, weleh badan penat lads, tapi suka senyum sendiri saat ingat tikungan kenikmatan…Rencana kita akan melakukannya lagi, mungkin ke Ciater atau cukup ke Cimori Cisarua hehehe…wanna join? apapun motornya kita welkam 🙂

See ya lads in next experience or sharing… and last, thanks for reading

11 KOMENTAR

  1. gaya nulisnya ane suka. Ringkas+[men]jelas[kan]..dipanjangin dikit+lbh dipadatkan isinya jg boleh..*tjap djempol

    • Thanks om July, memang itu tujuannya. Bagaimana cara pembaca gak jenuh membaca artikel sampai habis hehehe…gak mudah, ay masih banyak belajar 🙂

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini